Jumat, 26 Desember 2008

PKS Buka Pusat Pelayanan Bencana Kelud

Kediri, CyberNews. Gunung Kelud sudah dinyatakan meletus setelah terjadi gempa tremor over schale Sabtu (3/11) sore. Untuk mengantisipasi keadaan dan membantu para pengungsi, Partai Keadilan Sejahtera Jawa Timur mengaktifkan pusat pelayanan bencana (crisis centre for disaster).
Juru bicara DPW PKS Jatim dr Puguh Setyo Nugroho mengatakan pihaknya mengaktifkan crisis centre for disaster mengingat dampak letusan Gunung Kelud yang cukup besar bagi warga sekitar. “Tugas crisis centre for disaster adalah menyinergikan potensi yang ada pada PKS agar optimal untuk melakukan penanggulangan Bencana. Ada P2B, Pos Wanita Keadilan, PRAS dan Santika, serta relawan kepanduan. Semuanya perlu disinergikan,” jelasnya dalam keterangan pers tertulis kepada Suara Merdeka CyberNews, Sabtu malam.

Sebelumnya, kata dia, sejak dua pekan lalu PKS telah membuka empat posko induk dan 13 posko cabang. Dua posko induk dan lima posko cabang dibuka di Kediri serta dua posko induk dan delapan posko cabang di Blitar. “Kami sudah siapkan 161 relawan dan 132 tim medis serta 14 tenda kompi bila sewaktu-waktu Kelud meletus. Para relawan telah bergantian menjaga posko untuk melakukan pemantauan kondisi di lapangan. Disamping itu, para relawan telah melakukan beberapa kali simulasi trauma care,” tandas Puguh.

“Saat Kelud meletus, yang menjadi bahaya primer adalah hujan abu, hujan batu, lahar panas dan gas. Sedangkan bahaya sekunder yang harus diwaspadai adalah lahar dingin. Sehingga perlu upaya untuk memperingatkan dan mengantisipasi secara dini akan kemungkinan datangnya bencana. Pemantauan cuaca dengan teknologi satelit, pencatatan aktifitas gunung berapi, dapat memberikan peringatan dini akan datangnya angin, hujan, atau letusan gunung berapi, hingga jumlah korban dapat diminimalisir,” imbuh dia.

Dia mengatakan ada fase yang penting harus diperhatikan yaitu fase prevensi, informasi dan mobilisasi.. Pada fase prevensi tindakan ditujukan untuk mencegah perluasan bencana dalam arti penambahan korban, para penolong, dan pembantu. Untuk ini harus ada orientasi mengenai kadaan di daerah bencana, asal dan sifat bencana dan risiko yang masih ada. Misalnya pada kecelakaan lalu lintas, prioritas pertama ialah tindakan menghentikan arus lalu lintas cukup jauh dari tempat kecelakaan, sedang pada kebaakaran atau ledakan gas beracun harus diperhatikan arah angin.

“Pada saar bersamaan dengan fase prevenasi harus diatur penyampaian informasi kepada pihak yang berwajib seperti instansi kesehatan, kepolisian dan pemerintahan. Setidaknya informasi harus berisi mengenai jenis dan sebab bencana, tempat terjadinya, jumlah dan kondisi korban, serta besarnya kerusakan sarana-prasarana yang timbul. Hal ini bertujuan agar pertolongan yang profesional yang dibutuhkan di daerah bencana segera dimobilisasi dan diatur,” demikian Puguh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar